Sunday, August 14, 2011

Ledakan Saham LinkedIn – Booming dot-com?

Ledakan Saham LinkedIn – Booming dot-com?

Mengapa nilai saham Linkedln melaju tinggi. Banyak jawabannya. Ada yang menyebut masa depan perusahaan ini memang menjanjikan. Banyak pula yang menilai bahwa momentum masuk bursa juga melambungkan harga saham.
Dengarlah kata sejumlah ahli berikut ini. “LinkedIn mendapat keuntungan sebagai pihak pertama yang go public,” kata Lee Simmons, analis dari Hoover’s, sebuah perusahaan riset IPO, kepada Wall Street Journal. Para pialang juga ramai-ramai memburu saham ini, lantaran yang dilepas ke publik cuma sedikit. Sepuluh persen.
Dengan prosentase sekecil itu, jumlah saham yang ditawarkan cuma 7,84 juta. Bandingkan dengan IPO Google Agustus 2004, yang melepas 20 juta lembar saham ke pasar bursa.
Sejumlah analis bursa saham juga menyebutkan bahwa valuasi perusahaan ini terlampau tinggi. Sebab pendapatan tahun lalu cuma US$243 juta. “Kita jelas-jelas sedang melihat valuation bubble,” Kata Managing Director of Hummer Winblad Venture Partners, Mitchell Kertzman.
Valuasi yang terlampau tinggi memang mendorong harga saham bergerak liar. Lihatlah perusahaan software VMware yang masuk bursa Agustus 2007. Tak lama setelah melantai, saham VMware melonjak 76 persen. Tapi 13 bulan kemudian turun tajam, hingga di bawah harga penawaran awal sebesar US$29.
Contoh lain, yang belum lama terjadi adalah peluncuran perdana saham jejaring sosial raksasa China, RenRen. Hari pertama ditawarkan seharga US$14 dan ditutup pada US$18, atau 28,6 persen di atas harga IPO –nya di bursa NYSE. Tiga pekan setelah debut pertama itu saham RenRen ‘kembali ke laptop’: US$14 per lembar.
Sejumlah pebisnis lain menilai bahwa jika kini harga saham Linkedln melonjak, itu karena para investor sedang haus akan pertumbuhan. Para pialang bursa sudah lama tidak pernah merasakan saham yang melonjak cepat. “Saya pikir ini akan menjadi sebuah katalis (terjadinya Internet bubble – red),” ujar CEO Global Silicon Valley Asset Management Michael Moe.
Namun, Aaron Levie, CEO Box.net sebuah perusahaan layanan penyimpanan data di Internet, melihat dari sisi yang berbeda. Menurut Levie, valuasi LinkedIn — Facebook dan sejumlah perusahaan dot-com yang hendak IPO –, melejit sebab mereka sudah memiliki bisnis model yang menjanjikan.
Potensi pendapatan di masa depan itu bukan janji kosong belaka. Bisnis dot-com jaman sekarang, lanjutnya, berbeda dengan tahun 1990-an. “Sekarang Silicon Valley sudah kembali dan jauh lebih sehat,” kata Levie kepada kantor berita AP.
Hal yang sama dikatakan oleh Ben Horowitz, pendiri perusahaan modal ventura Andreessen Horowitz. Lewat blognya, Horowitz panjang lebar menguraikan bahwa valuasi pasar yang tinggi tidak menjadi masalah selama ada landasannya.
Horowitz membandingkan kondisi empat perusahaan teknologi yang selamat dari era bubble di akhir tahun 90-an dengan kondisi mereka saat ini. Ternyata dengan menghitung rasio Enterprise Value-to-Revenue multiple (EV/Rev), Price-to-Earnings multiple (PE), dan PEG, ia menyimpulkan bahwa valuasi di era bubble 10 kali lebih tinggi dari valuasi saat ini.
Horowitz menegaskan bahwa tidak semua parameter sepuluh tahun lalu itu bisa dibandingkan dengan kondisi sekarang. Sebab, rasio PE beberapa perusahaan di masa lalu itu tidak berarti, karena laba bersih mereka saat itu negatif.
“Kita bisa melihat tanda-tanda bubble saat ini. Tapi perlu diingat bahwa tanda-tanda bubble mirip sekali dengan tanda-tanda ledakan pertumbuhan (boom). Faktanya, itu biasanya dikatakan bubble, sampai semua orang pada akhirnya sepakat bahwa itu adalah ledakan pertumbuhan.”

No comments:

Post a Comment

Clixeria max - Dapat Dollar gratis dari paman sam -- 0.01 $ / click